Pada abad pertengahan, sudah menjadi tradisi
masyarakat Eropa berpesta menyambut kedatangan bulan Mei. Para pemuda di
pedesaan mengumpulkan bunga-bunga liar dan ranting pohon akasia. Kemudian
mereka bernyanyi dan menari di depan jendela rumah wanita pujaannya, lalu
menanam ranting tersebut di depan rumah sang gadis. Ada juga yang meletakkan
hadiah kecil, seperti saputangan, di ranting tersebut. Para petani pun bersuka
ria, karena mereka akan kembali ke kebun. Sayangnya tradisi ini terhenti pada
saat perang dunia pertama.
Festa del Majo kembali dilaksanakan di Chieti
Italia sejak tujuh tahun yang lalu. Chieti adalah salah satu Ibu kota Propinsi
di region Abruzzo. Sebuah traktor berhias bunga-bunga berada di barisan paling
depan. Kendaraan pertanian ini menggeret sebuah gerobak yang diatasnya terdapat
sebuah boneka yang melambangkan “Majo” dan seorang pemuda bertopi kerucut
tinggi. Dulunya topi kerucut ini dibuat dari bingkai tebu yang ditutupi dengan
jerami dan bunga-bunga.
Festival ini dimeriahkan oleh group musik
tradisional Abruzzo. Lima orang lelaki mengiringi lagu dan tarian dengan
accordeon, tamborin, dan sebuah alat musik besar berbentuk tabung kayu, yang
menghasilkan suara seperti terompet besar. Parade ini dimulai dari depan gereja
San Giustino, melewati jalanan di pusat kota tua Chieti, dan berakhir di Villa
Communale, taman kota Chieti.
Lagu “Nyanyian Duabelas Bulan” (Canti
Dodici Messi) dinyanyikan di depan Palazzo del Mayo. Lagu ini menggambarkan
karakteristik setiap bulan dalam setahun, dan kaitannya dengan aktivitas para
petani di setiap bulan tersebut. Acara dilanjutkan dengan tarian “Il Ballo del
Palo”. Tarian ini menggambarkan perjalanan sebatang pohon dalam setahun,
bertunas, berbunga, kemudian gugur kembali daunnya. Tari ini dimainkan oleh
beberapa pasang penari yang mengelilingi sebuah tiang berpita di tengah. Dengan
lihainya mereka menari sambil menganyam pita yang berwarna-warni tersebut.
Salah satu alat Musik Tradisional Abruzzo |
Video Tarian Il Ballo del Palo
Perayaan berlanjut dengan tarian Saltarelle hingga
masuk waktu waktu makan siang . Pengunjung dapat mencicipi hidangan kuno "
lessagne " khas dari Teramo . Upacara diakhiri dengan pembakaran patung
Majo.
No comments:
Post a Comment