Friday, November 7, 2025

Catatan Perjalanan: Backpacker Keliling Jakarta

 

Foto by Zakarya

Sebetulnya bukan pertama kalinya saya mengajak siswa outing keluar kota. Tapi jujur outing kali ini yang paling bikin deg degan, persiapannya lebih riweuh, membuat rundown kegiatan pun harus sangat sangat detail. 
Kami memutuskan mengajak 31 orang siswa kelas 6 SD backpacker-an keliling Jakarta. Dari Bandung kami naik kereta cepat Whoosh, lanjut di Jakarta berkeliling dengan LRT, MRT, KRL, dan bus Trans Jakarta. Pulangnya naik kereta ekonomi Cikuray. lengkap semua, hanya bajaj dan Jaklingko yang tidak dicoba. 

"Berani banget sih kalian," komentar seorang teman. Ya, tidak salah memang, Tapi lebih tepatnya saya memberanikan diri dengan tak lepas bergantung pada pertolongan Allah. Apalagi dengan kondisi cuaca Jakarta saat ini. Tanpa keyakinan itu, sungguh saya tak punya nyali. 

Kenapa sih harus backpackeran, apa tidak ada destinasi lain yang lebih nyaman? Sebetulnya kami ingin agar anak-anak merasakan pengalaman menaiki berbagai transportasi umum yang sudah terintegrasi di Jakarta. Tak semua anak-anak saat ini berkesempatan dan berkepentingan naik transportasi umum. Siapa tahu salah satu diantara mereka kelak ada yang akan menjadi seorang pengambil kebijakan publik. Alangkah baiknya jika mereka pernah merasakan berdiri berdesakan, bergelantungan, bermandikan keringat di KRL. Hal yang umum dirasakan sebagian masyarakat setiap harinya. 

Capek dan lelah itu sudah pasti, pegal-pegal tidak bisa dihindari. Kesabaran dan ketenangan pun betul-betul diuji. Namun, itu harga yang pantas untuk membayar pengalaman dan pelajaran yang bisa diambil oleh anak-anak. Pelajaran untuk menjadi seorang warga masyarakat, yang tidak bisa didapatkan di kelas. 
Anak-anak belajar antre dengan tertib, menggunakam eskalator dan lift dengan benar, latihan mentaati aturan, dan menjaga fasilitas umum. Mereka juga belajar memberikan hak prioritas kepada ibu hamil, lansia, dan orang yang mempunyai keterbatasan fisik di tempat umum. 

Foto by Zakarya


Saat berada di kendaraan umum, anak-anak juga belajar menahan diri untuk tidak bersuara tetlalu keras agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Selain itu, mereka juga mengupayakan agar tidak meninggalkan sepotong sampah pun di kendaraan umum.  Awareness terhadap lingkungan sekitar itu harus dilatih sejak dini. Lalu, apakah anak-anak bisa? Alhamdulillah bisa ternyata, meskipun harus beberapa kali perlu diingatkan. 

Satu point penting lainnya adalah anak-anak jadi belajar tentang betapa pentingnya menghargai waktu. Meskipun telat hanya 1 menit, bisa membuat kami tertinggal kereta. Kereta tidak seperti Ibu guru yang masih sering memaklumi jika anak-anak datang terlambat ke sekolah. Saat kami hampir ketinggalan kereta Cikuray menuju Bandung, mereka berlari hingga lupa dengan rasa lelah dan kakinya yang pegal. Sungguh sangat menegangkan. Jika 2-3 orang yang tertinggal kereta masih tidak masalah, celakanya rombongan kami ada 38 orang. Jika tertinggal kereta, maka kami semua tidak bisa pulang ke Bandung dan tiket pun hangus semua. 

Anak-anak juga mulai paham bahwa sebelum turun dari LRT dan MRT mereka harus bersiap-siap dan menjaga barang-barang pribadinya agat tidak ada yang tertinngal. Jika kartu e-money hilang, maka mereka tidak akan bisa keluar dari stasiun. Tidak seperti pensil atau penghapus yang jika hilang pun seringkali tidak ada yang peduli. 

Di setiap perjalanan ada saja kejadian yang di luar dugaan. Seperti kartu e-money yang tiba-tiba tidak berfungsi, sepatu yang terkunci di box penitipan, kartu e-money yang tertinggal di bus, atau anggota kelompok yang tiba-tiba menghilang. Di sini anak-anak juga belajar untuk saling menjaga dengan teman, dan saling mahami keterbatasan teman. Belajar agar dirinya tidak merepotkan orang lain. 

Perjalanan kali ini sungguh ramai, melelahkan, serta full adrenalin, tetapi tentu saja seru dan menyenangkan. Perjalanan ini juga membuat kami para guru pendamping jadi semakin lancar berhitung, karena setiap turun dari kendaraan umum, kami selalu menghitung jumlah anggota kelompok, apakah sudah lengkap atau belum. Ketika salah menghitung dan kurang satu anak saja sudah cukup membuat sport jantung dan lutut terasa lemas😅. Alhamdulillah atas perrtolongan dan perlindungan Allah semuanya berjalan lancar pada akhirnya😅. Didukung juga oleh kerja keras dan kerjasama tim guru yang luar biasa. Di saat panik pun semuanya bisa berpikir dengan kepala dingin, alhamdulillah. Kapok nggak? Tentu tidak. Masih mau mengulang lagi? InsyaAllah, kenapa tidak? See you on the next trip insyaa Allah 🤩


No comments:

Post a Comment