Wednesday, February 22, 2012

Moskee Selwerd



Bangunan bercat putih ini sekilas tampak seperti rumah biasa, namun ini adalah masjid yang digunakan oleh sebagian ummat Islam di Groningen untuk beribadah. Selain masjid selwerd (moskee selwerd) ini masih ada 2 masjid lain di groningen, yaitu masjid Turki dan Masjid Suriname. Keunikan masjid selwerd ini adalah pengurus, dan jama'ahnya yang berasal dari berbagai suku bangsa. Bahkan di dalam websitenya dikatakan bahwa terdapat jama'ah lebih dari 30 kebangsaan yang terlibat di yayasan masjid ini (http://www.moskeegroningen.nl). Bangunan ini terdiri dari dua lantai, lantai atas adalah tempat sholat wanita, sedangkan di lantai bawah terdapat ruang sholat pria, tempat wudhu, dapur, dan ruang makan. Bangunan ini telah digunakan menjadi Masjid sejak tahun 1993.


Setiap hari dilaksanakan sholat berjama'ah lima waktu di masjid ini, namun sangat jarang ada jama'ah wanita yang mengikutinya. Sebelum sholat, sebagaimana dilaksanakan di masjid-masjid pada umumnya, terlebih dahulu dikumandangkan adzan, namun ada sedikit perbedaan, di masjid ini tidak digunakan sound system yang suaranya bisa terdengar hingga ke luar ruangan. Hal ini terjadi karena dikhawatirkan akan ada protes dari masyarakat sekitar masjid yang merasa terganggu, yang tentu saja bisa jadi menyebabkan masjid ini ditutup oleh pemerintah.

Sholat berjama'ah biasanya dipimpin oleh Imam Masjid yang khusus didatangkan dari Maroko. Beliau bernama Abdul Hafizh yang juga merupakan seorang Hafizh Al Quran semenjak beliau berusia 10 tahun. Imam masjid ini juga bertanggung jawab memimppin Sholat Jum'at, Sholat Tarwih, Sholat Ied dan juga menyampaikan khutbah. Biasanya Khutbah disampaikan dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. Hal ini cukup menjadi kesulitan bagi jama'ah dari Indonesia untuk memahami isi khutbahnya, karena sebagian besar jama'ah yang berasal dari Indonesia tidak bisa berbahasa Arab dan juga Belanda.

Pada bulan Ramadhan juga dilaksanakan Sholat Tarwih berjama'ah di masjid ini. Biasanya untuk setiap malam, imam masjid membaca sekitar satu juz Al quran, sehingga di akhir Ramadhan (malam ke 27) dapat diselesaikan hingga khatam. Jika Ramadhan bertepatan dengan musim panas, maka sholat tarwih bisa berakhir hingga sekitar pukul 12 malam. Di sinilah letak perjuangan berat para jama'ah untuk menahan rasa kantuknya. Untungnya bacaan sang imam yang keras dan enak didengar, dapat membuat kita terhanyut di dalam lantunan ayat-ayat Allah tersebut dan sedikit demi sedikit terusirlah rasa kantuk itu.

Ketika sholat Ied, masjid menjadi penuh sesak oleh jama'ah yang berasal dari berbagai negara. Pengurus masjid menyediakan tenda-tenda di luar masjid untuk jama'ah yang sudah tidak bisa lagi ditampung di dalam masjid. Memang sudah ada rencana untuk membangun masjid baru yang lebih luas dan bisa menampung lebih banyak lagi jama'ah. Namun, biaya yang dibutuhkan sangat besar sekitar 750.000 euro, sedangkan dana yang terkumpul hingga saat ini baru mencapai sekitar 30.000 euro.

Selain pelaksanaan sholat berjama'h, di masjid ini juga dilaksanakan kegiatan pendidikan keislaman, seperti pelajaran Membaca Al Quran yang dilaksanakan setiap hari Sabtu sore untuk Ibu-ibu dan Minggu siang untuk anak-anak, Pelajaran Bahasa Arab dilaksanakan setiap hari kamis malam, dan ada juga club untuk remaja muslim yang dilaksanakan setiap hari Minggu siang. Biaya yang ditetapkan untuk mengikuti pelajaran tersebut tidak terlalu mahal, hanya sekitar 50-60 euro per tahun. Khusus di bulan Ramadhan juga ada ceramah agama yang disampaikan oleh imam (dalam Bahasa Arab tentunya) setiap hari seusai sholat Ashar.

Kagiatan pelayanan umum yang disediakan oleh masjid selwerd ada beberapa macam yaitu, layanan pernikahan, prosesi masuk Islam, penyelenggaraan jenazah dan juga kantin yang menjual berbagai bahan makanan baik yang sudah jadi ataupun bahan mentah. Di sini juga tersedia daging halal yang sudah dibekukan.

Interaksi jama'ah yang berasal dari Indonesia dengan jama'ah yang berasal dari negara lain, hingga saat ini masih sebatas interaksi ketika sholat berjama'ah. Hal ini terjadi karena adanya kendala bahasa. Muslim yang berasal dari Indonesia terutama sekali mahasiswa, jarang yang mahir berbahasa Arab dan Belanda namun bisa berbahasa Inggris, dan sebaliknya jama'ah yang lainnya jarang yang bisa berbahsa Inggris tapi mahir berbahasa Arab dan Belanda. Sehingga, program-program pendidikan yang disediakan oleh masjid hingga saat ini jarang sekali dimanfaatkan oleh orang Indonesia.

Saya berharap suatu saat nanti masjid ini benar-benar bisa menjadi Islamitisch Centrum Groningen (Pusat da'wah Islam di Groningen). Walaupun pada saat ini kondisi bangunannya masih kecil dengan lantai yang berderit-derit, dinding yang retak di beberapa sisi, serta suara adzan yang hanya terdengar di dalam ruangan, namun dengan izin Allah, semoga di masa yang akan datang bangunan ini dapat menjadi salah satu sumber penyebaran agama Islam di tanah Belanda ini. Allahuakbar ! [sa]




No comments:

Post a Comment