![]() |
Seluruh foto dalam artikel ini diambil oleh Syarif Riadi |
Menghirup atmosfer abad 19 di era
milenium saat ini tentu mempunyai sensasi tersendiri. Berjalan di antara
deretan gedung-gedung tua, dengan dikelilingi bangsawan Inggris masa lalu yang
bertopi bundar dan bergaun panjang, seakan membuat kita berada dalam dalam
film-film barat tempo dulu. Sensasi itulah yang dinikmati oleh para pengunjung
Dickens Festijn, Festival kostum yang membuat ratusan karakter dalam novel
Charles Dickens menjelma menjadi nyata.
Chaarles Dickens
Charles Dickens adalah novelis asal
Inggris yang ternama di masa pemerintahan Ratu Victoria. Pria kelahiran
Portsmouth pada tahun 1812 ini dikenal melalui novel-novelnya yang masih
digemari hingga hari ini. Karirnya berawal dari seorang wartawan media “The
Mirror of Parliament”. Pada tahun 1837 novel pertamanya “The Pickwick Papers”
diterbitkan, dan mulai terkenal dengan munculnya tokoh Sam Waller dalam novel
tersebut. Saat itu Dickens memakai nama pena “Boz”.
Kisah-kisah di dalam novel Dickens
kebanyakan bercerita tentang anak-anak yang berusaha menghadapi kesulitan hidup
di masa kecilnya. Alur ceritanya kadang-kadang menegangkan bahkan menakutkan.
Cerita dalam bukunya tersebut banyak
terinspirasi dari pengalaman hidup Dickens yang tidak mudah di waktu ia kecil. Ayahnya sempat masuk penjara akibat tidak mampu membayar
utang, sehingga Dickens yang berusia 12 tahun terpaksa meninggalkan sekolah dan
bekerja sebagai buruh. Tiga tahun setelah itu Dickens dapat kembali bersekolah.
Namun, pengalaman pahit tersebut tidak dapat terlupakan, dan tercurahkan ke
dalam dua karyanya yang terkenal, yaitu David Copperfield, dan Great
Expectations. Mr. Micawber, dalam novel David Copperfield adalah tokoh yang terinspirasi
dari kisah ayahnya sendiri. Film yang berjudul David Copperfield
merupakan hasil karyanya yang sudah difilmkan. Karya-karyanya yang lain adalah Oliver
Twist, A Christmas Carol, Nicholas
Nickleby, dan
A Tale of Two Cities.
Dickens Festijn
Warga dan para pemilik toko di Kota
Deventer sejak tahun 1990 berinisiatif memulai tradisi festival yang dinamai
Dickens Festijn ini. Mereka mengenakan kostum yang menggambarkan tokoh-tokoh
dalam Novel Charles Dickens. Kurang lebih 950 orang terlibat mengenakan kostum
tersebut. Mereka berkumpul dan melakukan atraksi-atraksi menarik di daerah kota
tua Deventer yang terletak di bagian timur tengah Belanda. Acara ini
tentunya juga didukung oleh pemerintah daerah Deventer, Propinsi Overijssel,
beserta sponsor-sponsor lainnya.
Deventer adalah kota tua yang membentang
di pinggiran sungai Ijssel. Kota ini termasuk salah satu dari kota tertua di
Belanda. Anda dapat menemukan monumen hampir di setiap sudutnya. Rumah-rumah
tertua, taman tertua, dan perpustakaan sains yang tertua di Belanda, merupakan
kekayaan tak ternilai kota ini. Beberapa bangunan yang popular di kota Deventer
antara lain gedung balai kota, Gereja Lubuinus, komplek rumah tua
Noordenbergkwartier, Museum Sejarah, dan Toys & Tin Museum.
Tidak heran jika tempat ini sangat cocok menjadi latar festival
Dickens. Bangunan di kawasan Bergkwartier adalah rumah-rumah berumur ratusan
tahun yang masih terpelihara. Jalanan yang berlapis paving block abu-abu itu dengan mudah disulap menjadi sebuah kota di
Inggris, pada zaman Ratu Victoria. Pohon-pohon cemara yang tinggi, lampu hias
mungil berwarna-warni, dan alunan lagu paduan suara memberi sentuhan kehangatan
pada musim dingin yang beku.
Jika Anda adalah penggemar Novel-novel
Dickens, di festival ini Anda akan bertemu dengan Scrooge, Oliver Twist, Mr. Pickwick, Christmas carolers, anak-anak
yatim piatu, pemabuk, pegawai kantoran, si miskin dan para bangsawan. Mereka
semua datang dari masa lalu dan berjalan hilir mudik di sekitar Anda. Aroma English Punch, puffed potatoes dan buah
berangan panggang membuat pengunjung semakin hanyut dalam kisah-kisah Dickens,
seakan meninggalkan kota Deventer dan terbang menuju Inggris.
Kalaupun tidak terlalu mengenal Dickens bahkan mungkin baru
mendengar untuk pertamakalinya, Anda tetap dapat menikmati sensasi berada di
tengah ratusan orang-orang berkostum Inggris zaman dulu. Para wanita mengenakan
gaun panjang yang mengembang, dan para prianya mengenakan tuksedo lengkap
dengan topi tinggi ala pemain sulap. Ada yang berjalan kaki, mengendarai sepeda
beroda satu, ada pula yang naik kereta kuda. Mereka dengan senang hati bersedia
berfoto dengan Anda. Tidak ketinggalan, lokomotif kereta api batu bara serta
mobil-mobil antik juga ikut meramaikan festival ini.
Di festival ini Anda dapat menyaksikan beberapa wanita yang sedang
menggunakan mesin cuci zaman dulu yang diputar dengan tangan. Baju-baju bergantungan
di tali jemuran yang terbentang di pinggir jalan. Para pengemis jalanan duduk
terpekur menunggu uluran tangan sang dermawan. Para pencopet gadungan siap
beraksi menunggu bangsawan yang lengah. Penyanyi jalanan melantunkan lagu-lagu
dengan merdu dari pintu ke pintu. Anak-anak yatim menangis sambil mendorong
kereta jenazah ayahnya. Semua aktivitas itu mereka lakukan seharian seakan
tidak peduli dengan udara dingin yang membelai wajah mereka.
Setelah lelah menyaksikan atraksi di
jalanan, pengunjung dapat mampir bertamu ke rumah-rumah yang telah berubah
menjadi cafe-cafe kecil. Anda dapat beristirahat sejenak, menghangatkan diri sambil menikmati minuman dan makanan kecil
khas Inggris. Alternatif lain, Anda juga dapat membeli erwtensoep, sup
kacang polong khas Belanda, dengan ditemani coklat hangat. Para pramusaji
café-café tersebut juga tidak ketinggalan ikut mengenakan kostum bertema
Dickens. Pengunjung juga dapat membeli kue jahe dengan bungkus yang bertema
Charles Dickens. Kue ini bisa dibawa pulang sebagai buah tangan untuk keluarga
tercinta.
Dickens Festijn biasanya diadakan di
pekan ke-3 bulan Desember sebelum perayaan natal. Waktu ini sangat sesuai
dengan latar novel yang berjudul A Christmas Carol. Tapi, pada tahun 2013 ini
Dickens Festijn diadakan pada tanggal 14 dan 15 Desember mengingat tanggal 21 dan 22 terlalu dekat dengan perayaan natal,
sehingga kepadatan kota Deventer akan semakin bertambah. Festival dimulai sejak pukul 11.00 pagi hingga pukul 17.00
petang. Pada tahun 2013 pengunjung Dickens Festijn relatif berkurang jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hanya sekitar 140 ribu orang.
Setiap tahunnya kurang lebih 150 ribu
orang pengunjung tumpah ruah memenuhi pusat kota Deventer untuk menyaksikan
festival ini. Umumnya mereka datang dari Belanda dan Jerman. Para pengunjung
rela berdingin-dingin berdiri dalam antrean selama 1,5 jam untuk menunggu
giliran masuk. Jumlah pengunjung yang diperbolehkan masuk dalam waktu yang
bersamaan dibatasi. Hal ini bertujuan agar area festival tidak terlalu penuh
sesak, sehingga pengunjung masih bisa menikmati suasana festival dan
berpetualang ke abad 19. Beberapa orang penduduk berkostum unik itu berlalu
lalang di dekat jalur antrean. Mereka menjadi hiburan bagi para pengunjung yang
masih menunggu giliran masuk.
Pintu masuk ke area festival terletak di
Walstraat. Dua orang berkostum tentara kerajaan Inggris menjaga pintu masuk
dengan tombak berada di tangan. Seluruh pengunjung mengantre dengan sabar
menunggu gilirannya dipersilakan masuk oleh
sang prajurit berbaju merah tersebut. Antrean terpanjang biasanya
terjadi sekitar pukul 11.00-13.00. Masuk ke area festival ini tidak dipungut
biaya. Bayarannya cukuplah dengan kesabaran menunggu giliran masuk dan
mengantre dengan tertib.
Pameran dan Pasar
Pada tahun 2012 dalam rangka memperingati
200 tahun Dickens, digelar pameran “Dickens in Miniature”. Pameran ini diadakan
di Bergkerk tidak jauh dari area festival. Beragam karakter dan adegan di dalam
novel Dickens divisualisasikan dalam bentuk miniatur semacam rumah boneka.
Pameran ini diikuti oleh peserta dari dalam maupun luar Belanda.
Selain dickens Festival, pada waktu yang
bersamaan di Kota Deventer juga terdapat pasar natal. Kurang lebih 200 stan
memenuhi alun-alun kota. Berbagai macam barang dijual disana. Mulai dari
makanan hingga pernak-pernik lucu. Di sekitar Gereja St. Maria juga diadakan
pasar barang antik dan Flea Market (pasar barang bekas). Di pasar
tersebut pengunjung dapat membeli piring-piring, dan pajangan keramik antik
produk Inggris, Jerman, dan Belanda dengan harga sangat miring. Selain itu juga
ada yang menjual gelas-gelas kristal Bohemia dengan harga terjangkau. Jika
beruntung Anda dapat membeli mainan dari berbagai dekade, pakaian, buku, dan
pajangan berkualitas tinggi di flea market dengan harga sangat murah.
Kadang kala ada beberapa dari barang tersebut yang masih berlabel sebagai
pertanda belum pernah dipakai oleh pemilik sebelumnya.
Tips Berkunjung ke Dickens
Festijn
Mendatangi Dickens Festijn berarti Anda
harus siap-siap bertahan melawan dingin selama beberapa jam. Pakaian yang
hangat akan membuat petualangan Anda menjadi nyaman. Topi, syal, dan sarung
tangan jangan sampai ketinggalan. Tidak ada salahnya jika membawa minuman
hangat dan makanan kecil untuk menemani Anda selama berada di jalur antrean.
Jika tak ingin menunggu terlalu lama,
sebaiknya Anda sudah berada di lokasi sejak jam 9 pagi, 2 jam sebelum festival
dimulai.
Tempat festival dapat dicapai dengan mobil
melalui jalur A1 dari Amsterdam. Jika menggunakan kereta api dari bandara
Schiphol, membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Harga tiket kereta api sekali
jalan, adalah 18 euro (skitar Rp. 270
ribu). Area festival (Bergkwartier) terletak di sebelah selatan stasiun dan
dapat ditempuh dengan berjalan kaki.